Konservasi Arsitektur (Tugas 2)


KONSERVASI GPIB IMMANUEL JAKARTA


1.      Lokasi

GPIB Immanuel Jakarta atau Gereja Immanuel Jakarta adalah gereja tertua di Jakarta yang berlokasi di Jl. Medan Merdeka Tim, No.10, RT 1/RW 2, Gambir, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta. Gereja ini telah ditetapkan menjadi Cagar Budaya berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 475 Tahun 1993.

2.      Sejarah

Gereja Immanuel Jakarta awalnya merupakan gereja yang berdiri atas dasar kesepakatan antara umat Reformasi dan umat Lutheran di Batavia. Dimana pembangunan gereja ini dimulai pada tahun 1834, mengikuti rancangan dari J.H. Horst dan selesai pada 24 Agustus 1839. Bersamaan dengan itu gedung ini diresmikan menjadi gereja untuk menghormati Raja Willem I, raja Belanda pada periode 1813-1840. Pada gedung gereja ini pun dicantumkan nama WILLEMSKERK. Gereja ini merupakan bangunan publik pertama di Koningsplein.
Gereja ini terdaftar menjadi salah satu cagar budaya dari 134 buah dari jumlah keseluruhan cagar budaya yang ada di DKI Jakarta. Gereja yang dulu disebut Willemskerk ini hanya digunakan untuk ibadah para petinggi-petinggi Hinda-Belanda yang saat itu sedang menjajah Indonesia. Khotbatnya pun menggunakan Bahasa Belanda. Saat ini gereja Immanuel adalah bagian dari Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) yang menganut sistem presbiterian sinodal. Karena bentuk gedung yang klasik dan tidak biasa, Gereja Immanuel Jakarta juga sering menjadi objek foto bagi pasangan yang akan menikah.  Di dalam gereja terdapat Orgel hasil buatan J. Datz dari Belanda dari tahun 1843 hingga sekarang.

3.      Kondisi Bangunan

Gereja Immanuel Jakarta memiliki gaya Klasisisme yang bercorak bundar. Bagian depan gereja langsung menghadap Stasiun Gambir, di mana pada bagian ini memiliki serambi persegi empat dengan pillar-pillar paladian yang menopang balok mendatar. Paladinisme termasuk ke dalam gaya klasisisme abad ke 18 di Inggris yang lebih menekankan pada simetri dan perbandingan harmonis. Ruang utama gereja berbentuk bundar dengan diameter 9,5 m dan pipa-pipa orgel yang menempel di ujung ruangan.

Bagian dalam kubah gereja memiliki sepuluh pasang garis konsentrik yang membagi kubah menjadi sepuluh bagian sama besar. Pada puncak tengah kubah terdapat menara bundar dengan pilar-pilar kecil yang dari sela-selanya masuk berkas sinar ke dalam ruangan. Di tengah menara terlihat hiasan bunga teratai dengan enam helai kelopak.

Ruangan utama ini dilapisi marmer abu-abu dan melingkar sebagai konsep arsitektural, bahwa melingkar bisa membuat kita memusatkan perhatian pada mimbar sewaktu mendengarkan sabda Tuhan. Pintu utama dari 3 sisi, dengan di desain melengkung, dimana kusen2nya dari kayu jati solid dan induk kuncinya dari bahan kuningan berukir. Dahulu, gereja ini di sebut dengan Gereja Bundar yang bergaya 'klasisisme. Deretan tiang yang menjulang pada bagian luar menjadi kesan megah dan tinggi. Sampai sekarang, konsep tiangnya berwarna puth, menjadikan gedung ini tampak istimewa.

4.      Karakter Bangunan

a)         Karakter Spasial

Karakter spasial meliputi orientasi bangunan, fungsi ruang, hubungan ruang,organisasi ruang, sirkulasi ruang, orientasi ruang serta komposisi spasial bangunan (pusat perhatian, simetri, proporsi, kesinambungan, perulangan, dan dominasi), dimana memiliki karakter sebagai berikut :

·      Orientasi utama bangunan menghadap barat berdasarkan peletakan pintu masuk utama.
·      Fungsi utama dari bangunan masih seperti fungsi bangunan pada waktu pertama kali dibangun, yaitu tempat ibadah jamaah Kristen Protestan.
·      Hubungan ruang pada bangunan dihubungkan dengan ruang bersama.
·      Organisasi ruang pada bangunan memusat pada ruang ibadah lantai 1 dan ruang ibadah lantai 2 serta hubungan klaster pada ruang konsistori, ruang pendeta, dan teras sebelah timur bangunan.
·      Terdapat sirkulasi radial yang memusat pada ruang ibadah lantai satu dan ruang ibadah lantai dua juga terdapat sirkulasi linear pada ruang konsistori, ruang pendeta, dan teras bangunan sebelah timur.
·      Orientasi ruang pada bangunan dibedakan atas orientasi ruang menurut bukaan yang sebagian besar berorientasi ke arah ruang ibadah dan luar bangunan serta orientasi ruang berdasarkan perabot yang menghadap timur sesuai dengan gaya arsitektur Kristen awal dan juga arsitektur Romanesque.
·      Main Vocal terdapat pada ruang ibadah berdasarkan ukuran, letak dan bentuknya.
·      Simetri ruang pada bangunan merupakan simetri bilateral yang titik pusatnya berada pada bagian tengah ruang ibadah.
·      Proporsi spasial dari bangunan dilihat dari bentuk dasar denah dari bangunan tersebut.
·      Kesinambungan spasial di dapat dari bentuk dasar ruang pada lantai satu yangmenerus secara vertikal ke arah ruang-ruang pada lantai dua bangunan tersebut.
·      Perulangan spasial didapat dari perulangan bentuk dasar ruang yang ada dibangunan,yaitu bentuk lingkaran dan persegi panjang.
·      Dominasi spasial dibagi menjadi dua,yaitu dilihat dari segi ukuran dan dari bentuk.Dari segi ukuran ruang ibadah mendominasi ruang ruang lainnya yang ada pada bangunan, sementara bentuk lingkaran mendominasi bentuk ruang yang ada pada bangunan.
Karakteristik Spasial Gereja Immanuel Jakarta


     Berdasarkan variabel di atas maka dapat dilihat beberapa kesamaan, salah satunya yaitu ruang ibadah merupakan ruang dengan hirarki paling tinggi dibandingkan ruangan lain karena ruangan ini digunakan sebagai fungsi utama dari gereja, yaitu melakukan ibadah sehingga ruang tersebut memiliki proporsi yang lebih besar dari ruangan lainnya.

b)        Karakter Visual

Karakter visual pada bangunan Gereja Immanuel Jakarta terdiri dari atap, dinding, pintu, jendela, kolom, gevel,dormer, lantai, plafon, massa bangunan, serta komposisi fasad dan ruang dalam bangunan (vocal point, simetri, proporsi, kesinambungan, perulangan, dan dominasi). Dengan memiliki karakter sebagai berikut:

·      Massa bangunan terdiri dari beberapa bentuk massa yaitu balok, silinder, prisma dan setengah bola.
·      Gaya bangunan dapat dilihat dari masing-masing elemen bangunan penyusun fasad. Gereja ini meliputi gaya yang ada pada arsitektur diabad pertengahan, yaitu arsitektur Kristen awal, arsitektur Byzantium, dan arsitektur Romanesque. Dengan gaya arsitektur Byzantium yang mendominasi bangunan secara keseluruhan.
·      Gereja ini memiliki 6 buah jenis atap, yaitu atap kubah besar sebagai atap utama, atap kubah kecil, atap setengah pelana, atap setengah pelana melingkar, atap perisai dan atap datar. Atap miring terbuat dari material sirap berwarna cokelat dan ada yang telah diubah menjadi seng berwarna hijau. Atap datar terbuat dari material batu bata dengan warna putih, dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1 : Jenis Atap Gereja Immanuel Jakarta
Sumber : https://www.academia.edu/34952485/PELESTARIAN_BANGUNAN_GEREJA_IMMANUEL_JAKARTA

·      Dinding pada fasad gereja terbagi atas dinding bangunan utama dengan skala monumental dan dinding podium. Dinding bagian ruang dalam bangunan terdapat ornamen dengan jumlah yang tidak berlebihan yang dimaksudkan agar ornamen tidak menjadi berhala pada bangunan gereja protestan tersebut, hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 : Jenis Dinding Gereja Immanuel Jakarta
Sumber : https://www.academia.edu/34952485/PELESTARIAN_BANGUNAN_GEREJA_IMMANUEL_JAKARTA


·      Terdapat dua jenis gaya kolom yang ada pada ruang dalam bangunan, yaitu kolom jenis dorik dan corinthian. Kolom pada eksterior gereja didominasi oleh kolom dorik dengan ukuran yang monumental. Kolom-kolom tersebut disusun atas batu bata dengan finishing cat warna putih pada bagian badan dan kaki kolom serta warna putih tulang pada bagian kepala kolom. (Gambar 3).
Gambar 3 : Jenis Kolom Pada Gereja Immanuel Jakarta
Sumber : https://www.academia.edu/34952485/PELESTARIAN_BANGUNAN_GEREJA_IMMANUEL_JAKARTA

·      Jendela-jendela eksterior yang terdapat pada gereja berukuran besar sehingga menguatkan kesan monumental pada fasad bangunan. Terdapat lima jenis jendela pada gereja ini yang dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 : Jenis Jendela Pada Gereja Immanuel Jakarta
Sumber : https://www.academia.edu/34952485/PELESTARIAN_BANGUNAN_GEREJA_IMMANUEL_JAKARTA


·      Pintu-pintu eksterior dan interior pada gereja memiliki ukuran yang besar untuk menguatkan kesan monumental pada fasad bangunan (Gambar 5). 
Gambar 5 : Jenis Pintu Gereja Immanuel Jakarta
Sumber : https://www.academia.edu/34952485/PELESTARIAN_BANGUNAN_GEREJA_IMMANUEL_JAKARTA

·      Dormer berfungsi sebagai penyalur penghawaan dan pencahayaan alami. Terletak pada atap bagian timur dan barat. Pada saat ini Dormer digunakan sebagai akses menuju rooftop. Dormer pada Gereja Immanuel menggunakan kayu jati sebagai material utamanya dan atap sirap sebagai penutupnya (Gambar 6).
Gambar 6 : Dormer Pada Gereja Immanuel Jakarta
Sumber : https://www.academia.edu/34952485/PELESTARIAN_BANGUNAN_GEREJA_IMMANUEL_JAKARTA


·      Gevel pada gereja berbentuk pediment diletakkan pada bagian atas area masuk bangunan yang dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 : Gevel Gereja Immanuel Jakarta
Sumber : https://www.academia.edu/34952485/PELESTARIAN_BANGUNAN_GEREJA_IMMANUEL_JAKARTA

·      Vocal point fasad terletak pada atap kubah yang berukuran besar, berwarna beda dengan elemen pembentuk fasad lainnya, dan peletakkannya yang membuat kesan monumental lebih terasa pada bangunan. Ruang ibadah yang merupakan ruang utama terbentuk atas beberapa elemen ruang yang juga menjadi pusat perhatian pada ruang dalam bangunan karena elemen bangunan yang ada pada ruang tersebut memiliki ukuran yang besar sehingga menguatkan kesan monumental.
·      Simetri fasad bangunan terbagi secara seimbang geometri dari bentuk fasad bangunan dan memberi kesan formal pada bangunan peribadahan.
·      Proporsi fasad bangunan panjang: tinggi adalah 9:5, sedangkan lebar: tinggi bangunan adalah 8: 5. Elemen-elemen bangunan yang terdapat pada bangunan  memiliki ukuran yang monumental jika dibadingkan dengan tubuh manusia sehinggamenguatkan kesan monumental.

c)         Karaktek Struktural

Pada karaktek struktural Gereja Immanuel Jakarta mempunyai 3 buah sistem, yaitu :
·      Konstruksi kolom, berperan untuk menopang beban bangunan di beberapa titik bangunan dengan cara menyalurkan beban dari titik kolom tersebut ke pondasi yang dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8 : Konstruksi Kolom Gereja Immanuel Jakarta
Sumber : https://www.academia.edu/34952485/PELESTARIAN_BANGUNAN_GEREJA_IMMANUEL_JAKARTA


·   Konstruksi dinding penopang, berperan sebagai penopang beban yang terdapat pada keseluruhan bangunan dan mengalirkannya ke pondasi yang dapat dilihat pada gambar 9. 
Gambar 9 : Konstruksi Dinding Penopang Gereja Immanuel Jakarta
Sumber : https://www.academia.edu/34952485/PELESTARIAN_BANGUNAN_GEREJA_IMMANUEL_JAKARTA


·      Konstruksi atap, sebagai penopang beban yang dihasilkan oleh material penutup atap, lalu beban tersebut dialirkan melalui kolom menuju pondasi yang dapat dilihat pada gambar 10. 

 
Gambar 10 : Konstruksi Atap Gereja Immanuel Jakarta
Sumber : https://www.academia.edu/34952485/PELESTARIAN_BANGUNAN_GEREJA_IMMANUEL_JAKARTA

5.      Gereja Immanuel Jakarta Saat Ini

Denah bangunan Gereja Immanuel tidak berubah secara signifikan. Perubahan pada gereja ini paling terlihat pada penyekatan ruangan konsistori yang kini menjadi ruang pendeta pada bagian timur bangunan di lantai satu. Ruang pengelola pada bagian barat lantai 2 kini berubah fungsi menjadi gudang untuk menyimpan peralatan dari kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan. Perubahan dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11 : Perubahan Pada Gereja Immanuel Jakarta
Sumber : https://media.neliti.com/media/publications/114775-ID-karakteristik-spasial-bangunan-gereja-im.pdf



6.      Kesimpulan
Karakteristik pada Gereja Immanuel Jakarta yang muncul memiliki beberapa persamaan yang membuat ruang ibadah menjadi ruang dengan hirarki paling tinggi dibandingkan dengan ruangan lain. Visual bangunan gereja menekankan kesan monumental dan simetri pada fasad bangunan. Sistem konstruksi pada gereja berperan sebagai penopang beban bangunan untuk kolom, sebagai penopang beban bangunan secara keseluruhan untuk struktur dinding dan konstruksi atap yang digunakan sebagai penopang beban yang dihasilkan oleh material penutup atap.
Secara fasad, Gereja Immanuel tidak mengalami perubahan yang signifikan. Perubahan hanya terjadi pada bagian dalam gereja di lantai 1 dan 2.  Untuk perawatan meliputi teknik pelestarian rehabilitasi baik cat dinding, pintu, dan lain-lain.



DAFTAR PUSTAKA


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenali RSUD Dr. H. Slamet Martodirdjo

Nafas Indonesia Pada Teater Taman Ismail Marzuki