Nafas Indonesia Pada Teater Taman Ismail Marzuki
Menurut
Wikipedia, kata teater berasal dari kata theatron dari bahasa Yunani,
yang berarti "tempat untuk menonton". Teater adalah istilah lain dari
drama, tetapi dalam pengertian yang lebih luas, teater adalah proses pemilihan
teks atau naskah, penafiran, penggarapan, penyajian atau pementasan dan proses
pemahaman atau penikmatan dari public atau audience (bisa pembaca, pendengar,
penonton, pengamat, kritikus atau peneliti).
Dalam dunia arsitektur, teater termasuk ke
dalam gedung edukasi sekaligus hiburan. Berdasarkan masanya, arsitektur teater
dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
Ø Teater Primitif
Ø Teater Yunani
Ø Teater Romawi
Ø Teater Abad Pertengahan
Ø Teater Non Procenium
Ilustrasi Teater Yunani |
TEATER TAMAN ISMAIL MARZUKI
Taman
Ismail Marzuki (TIM) merupakan sebuah pusat kesenian dan kebudayaan yang
berlokasi di jalan Cikini Raya 73, Jakarta Pusat. TIM dibangun pada tahun
1968, berawal dari usulan pada seniman (Tresno Sumarjo, H. Yasin, dan
lain-lain) untuk membangun suatu wadah bagi para seniman untuk berkumpul. Saat
ini TIM dikelola oleh Badan Pengeloa Pusat Kesenian Jakarta (BPPKJ) di bawah Pemda
DKI dan merupakan asset DKI Jakarta. Memiliki luas panggung 14-16 meter dan 7-9 meter dengan kapasitas 1200
penonton, teater ini dapat digunakan untuk berbagai pertunjukan mulai dari
musik, teater, tari, dan lain-lain.
Peta Lokasi Taman Ismail Marzuki |
SEJARAH TAMAN ISMAIL MARZUKI
Maket Taman Ismail Marzuki |
TIM
dibangun pada tahun 1968, berawal dari usulan pada seniman (Tresno Sumarjo, H.
Yasin, dan lain-lain) untuk membangun suatu wadah bagi para seniman untuk
berkumpul. Saat ini TIM dikelola oleh Badan Pengeloa Pusat Kesenian Jakarta
(BPPKJ) di bawah Pemda DKI dan merupakan asset DKI Jakarta.
Pada awalnya proyek ini bernama Grand Theater di Taman
Ismail Marjuki yang akhirnya berubah menjadi Teater Jakarta. Gedung teater ini
merupakan kelanjutan dari proyek masterplan yang didesain oleh Raul Renanda
bersama Altelier 6 pada tahun 1995. Pelaksaannya baru dimulai pada tahun 1996
dan selesai dapat digunakan pada tahun 2010. Konsep ini gabungan vernacular di
Indonesia yang berdasarkan ide dari struktur bangunan Toraja yang juga
merupakan konsep bangunan joglo sebagai potongan melintang dari bangunan teater
ini. disajikan dalam tatanan modern namun masih mempunyai nafas Indonesia.
Gedung yang diklaim sebagai gedung berskala internasional ini
memiliki sebuah ruang inti yang bernama Teater Lirik dengan kapasitas duduk
1.200. penonton dengan panggung proscenium,
rear stage, side stage, fly tower, dan orchestra pit.
Adapun Teater Studio yang berukuran lebih kecil, yaitu 250 tempat duduk,
difungsikan sebagai ruang latihan dan pertunjukan skala kecil. Meskipun kecil,
dalam ruang ini dapat diwujudkan 4 alternatif penataan panggung
Sketsa Tangan Taman Ismail Marzuki |
Sketsa Gambar Potongan Taman Ismail Marzuki |
FASILITAS
1) Panggung
Ukuran panggung Teater Kecil adalah 10 m x 5
m x 6 m. Bentuk panggung dapat disesuaikan dengan jenis teater yang
diinginkan. Panggung dapat digeser menjadi teater arena menggunakan sistem
hidrolik untuk membalik kursi penonton yang berada di tengah.
2) Seat dan Tribun
Karena bentuk panggung yang dapat
diubah, peletakan kursi penonton disesuaikan dengan jenis teater. Penataan umum
kursi penonton dihadapkan ke arah panggung (kecuali kursi penonton di bagian
samping dan tribun, karena kursi-kursi ini tidak dapat diubah arahnya). Untuk
teater arena, kursi diatur mengelilingi
3) Akustik
Ruang
Sound system, lighting dan ruang operator diletakan di atas tribun
penonton. Kursi penonton dilapisi dengan bahan kain dan jok, sedangkan lantai
panggung dilapisi kayu dan lantai koridor dilapisi karpet. Di sekeliling
dinding ruangan dilengkapi akustik yang menggunakan lapisan karpet, kayu yang
berupa kisi-kisi dan glass wool. Untuk akustik pada bagian depan tribun
penonton menggunakan kayu dengan bentuk yang berulir.
MATERIAL BANGUNAN
1)
Furniture untuk kursi teater dari Ferco dan
Archigrama. Finishing lobby
menggunakan marmer Amarillo Triatna, Nero Marquina, Rosso Alicante, White
Carara; karpet teater dari Patcraft; panggung, parket ruang latihan dan
orchestra pitt oleh Daru-Daru; dance floor Harlequin Reversible; toilet dan
daerah servis menggunakan homogenous tile dan keramik dari Essenza. Lantai
plaza menggunakan batu andesit.
2)
Dinding lobi menggunakan marmer Nero Asoluto, Trespa Virtuon
warna Copper Yellow, Armourcoat tipe Travertine warna hijau, dan Topakustik
tipe plank 28/4 M warna beech. Elemen estetis kayu pada teater studio karya
Rita Widagdo.
3)
Plafon pada kantor menggunakan gypsum Knauf. Dinding kaca
Asahimas clear dan Panasap hijau. Spider glass menggunakan Sistem Irish dari
Fev Italia. Komposit alumunium dari Alpolic warna champagne metallic. Alumunium
frame dari YKK AP. Pintu frameless fitting dari Dorma. Bungkus kolom beton
precast oleh Dusaspun. Atap TECU Patina dan TECU Zinn dari KME Jerman. Cat
rangka baja oleh Jotun.
4)
Fixed dan fitting secara keseluruhan menggunakan saniter TOTO. Elevator dan
eskalator dari Sigma Elevator. Bangunan menggunakan genset FG Wilson, chiller
Mc Quay, dan sound system TOA
Galva.
Komentar
Posting Komentar