Konsep Green Architecture Dalam Bangunan

Pada era globalisasi ini banyak orang berlomba-lomba membangun bangunan dan memamerkan keindahan bangunan mereka. Namun banyak dari mereka yang tidak memerhatikan keselarasan antara bangunan dengan alam pada saat perancangan. Saat ini, perancangan bangunan adalah penyumbang 45%  di bumi dan memicu Pemanasan Global dan berakibat turunnya kualitas lingkungan.
Hal inilah yang menyebabkan meningkatnya sedikit kesadaran manusia untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup, khususnya dalam bidang Arsitektur dan Lingkungan. Pemerintah mengajak masyarakat melakukan gerakan hijau seperti upaya efisiensi penggunaan energi serta meminimalisir kerusakan lingkungan sekitar.
Dalam dunia Arsitektur pun bangunan berkonsep Green Architecture sudah mulai berkembang pesat saat ini. Lalu apa yang dimaksud dengan bangunan dengan konsep Green Architecture? Dan seperti apa bangunan eco friendly  itu? Green Architecture atau sering disebut sebagai Arsitektur Hijau adalah arsitektur yang minim mengonsumsi sumber daya alam, ternasuk energi, air, dan material, serta minim menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.
Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan di mana mereka tinggal. Istilah keberlanjutan menjadi sangat populer ketika mantan Perdana Menteri Norwegia GH Bruntland memformulasikan pengertian Pembangunan Berkelanjutan (sustaineble development) tahun 1987 sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia masa kini tanpa mengorbankan potensi generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

·         Prinsip-Prinsip Dalam Konsep Green Architecture
1.    Hemat energy                      : Pengoperasian bangunan harus meminimalkan penggunaan bahan bakar atau energi listrik
2.    Working with climate          : Mendesain bagunan harus berdasarkan iklim yang berlaku di lokasi tapak kita dan sumber energi yang ada.
3.    Minimizing new resources      : mendesain dengan mengoptimalkan kebutuhan sumberdaya alam yang baru, agar sumberdaya tersebut tidak habis dan dapat digunakan di masa mendatang/ Penggunaan material bangunan yang tidak berbahaya bagi ekosistem dan sumber daya alam.
4.    Respect for site                   : Bangunan yang akan dibangun, nantinya jangan sampai merusak kondisi tapak aslinya, sehingga jika nanti bangunan itu sudah tidak terpakai, tapak aslinya masih ada dan tidak berubah.( tidak merusak lingkungan yang ada ).
5.    Respect for user             : Dalam merancang bangunan harus memperhatikan semua pengguna bangunan dan memenuhi semua kebutuhannya.
6.    Holism                                : Ketentuan diatas tidak baku, artinya dapat kita pergunakan sesuai kebutuhan bangunan kita.


Pembuatan rumah hemat energi merupakan salah satu bentuk dari kegiatan Green Architecture untuk mengurangi dampak pemanasan global. Setiap orang sudah pasti selalu mendambakan hunian yang memancarkan suasana damai dan menyenangkan. Konsep rumah hemat energi menekankan peningkatan efisiensi dalam penggunaan air, energi listrik, dan material bangunan, mulai dari desain, pembangunan, hingga pemeliharaan bangunan itu ke depan. Desain rancang bangunan memerhatikan banyak bukaan untuk memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya alami, sedikit mungkin menggunakan penerangan lampu dan pengondisi udara pada siang hari.
Desain bangunan hemat energi, membatasi lahan terbangun, layout sederhana, ruang mengalir, kualitas bangunan bermutu, efisiensi bahan, material ramah lingkungan, dan menerapkan pola hidup hemat energi melalui pemanfaatan sumber energi alternatif, seperti angin dan cahaya alami. Atap-atap bangunan dikembangkan menjadi taman atap (roof garden) dan atap surya ( atap dengan menggunakan panel surya) yang memiliki nilai ekologis tinggi yaitu suhu udara turun, pencemaran berkurang, dan ruang terbuka hijau bertambah.

·         Sifat-Sifat Bangunan Konsep Green Architecture
a)    Sustainable ( Berkelanjutan )
Berkelanjutan berarti bangunan arsitektur hijau tetap bertahan dan berfungsi seiring zaman, konsisten terhadap konsepnya yang menyatu dengan alam tanpa adanya perubahan – perubuhan yang signifikan tanpa merusak alam sekitar.
b)    Earthfriendly ( Ramah lingkungan )
Suatu bangunan belum bisa dianggap sebagai bangunan berkonsep arsitektur hijau apabila bangunan tersebut tidak bersifat ramah lingkungan. Maksud tidak bersifat ramah terhadap lingkungan disini tidak hanya dalam perusakkan terhadap lingkungan. Tetapi juga menyangkut masalah pemakaian energi.
c)    High performance building.
Fungsinya ialah untuk meminimaliskan penggunaan energi dengan memenfaatkan energi yang berasal dari alam (Energy of nature) dan dengan dipadukan dengan teknologi tinggi (High technology performance). Contohnya :
-       Penggunaan panel surya (Solar cell) untuk memanfaatkan energi panas matahari sebagai sumber pembangkit tenaga listrik rumahan.
-       Penggunaan material–material yang dapat di daur ulang, penggunaan konstruksi–konstruksi maupun bentuk fisik dan fasad bangunan tersebut yang dapat mendukung konsep arsitektur hijau.

Contoh bangunan dengan konsep Green Architecture
1.    Allianz Tower
Lokasi : Jl. HR. Rasuna Said, Super Blok 2 Kawasan Kuningan Persada, Jakarta  Selatan 12980
Developer        : PT. Medialand International (Kompas Gramedia Group)
Architect          : Denton Corker Marshall (DCM) ,
Jumlah Lantai : 28 Lantai

Di tengah ancaman pemanasan global dan perubahan iklim yang kian mencemaskan umat manusia, sangatlah penting ketika membangun gedung atau menara selalu memperhatikan aspek-aspek kelestarian dan keberlanjutan lingkungan. Namun sayangnya belum banyak bangunan di Jakarta yang arsitekturnya telah menerapkan konsep ESD (Environmental Sustainable Design). Allianz Tower merupakan satu di antara yang sedikit itu, sehingga keberadaannya di kawasan strategis kota Jakarta (Kuningan) segera saja menjadi ikon hijau yang memukau.
Allianz Tower merupakan pusat aktivitas bisnis Perusahaan Asuransi Allianz (Allianz Indonesia). Bangunan ini adalah bangunan yang telah dijuluki gedung perkantoran hijau pertama di negara Indonesia. Allianz Tower dibangun dengan mengacu kepada kepedulian terhadap kondisi alam dan bumi tempat manusia hidup. Grup Kompas yang kini bergerak dalam bisnis real estate ikut serta dan menjadi pioner pembangunan gedung berkonsep ramah lingkungan.
Gedung berlantai 28 ini berdiri di atas tanah seluas 7.000 m2  dengan perbandingan lahan untuk bangunan hanya 30 persen sedangkan lahan hijau mencapai 70 persen. Uniknya gedung itu berbentuk pipih seperti buku. Dinding terbuat dari kaca.
Selain itu menggunakan teknologi resapan air, pemanfaatan air hujan, proses daur ulang, sehingga benar-benar ramah lingkungan. Menurut CEO Kompas Gramedia Agung Adi Prasetyo, lantai satu hingga 11 akan digunakan oleh perusahaan asuransi Allianz. Sedangkan lantai 12 dan seterusnya digunakan untuk perkantoran. Lantai 12 hingga 27 akan kami sewakan untuk perkantoran. Ini bagian dari kerjasama Allianz dan Kompas Gramedia.
Dibawah ini merupakan aspek-aspek yang selaras dengan konsep dasar ESD (Environmental Sustainable Design) pada gedung Allianz Tower :
1)    Orientasi Gedung
Desain dari menara ini adalah bagian paling ramping pada sisi timur dan barat untuk mengurangi panas dan paparan UV dari sinar matahari langsung yang diarahkan ke bagian depan.
2)    Penyerapan Air Secara Alami
Allianz Tower meminimalisasi area basement, oleh karena itu 70% dari lokasi ini dapat difungsikan sebagai tempat penyerapan alami air hujan. Ini merupakan hal yang penting sebagai solusi atas masalah banjir di Jakarta. Dengan sistem ini dan pendauran ulang air hujan dan limbah air dari menara, kita dapat mengurangi secara substansial jumlah air yang terbuang, yang akan dibuang ke sungai. Tanah di sekitar Menara dimaksimalkan sebagai penyerap alami air dan penyaring alami. Dewan Kota DKI Jakarta hanya merekomendasikan minimum 30 persen dari area diperuntukan bagi area penyerapan.
3)    Daur Ulang Air
80% dari limbah air akan didaur ulang untuk menyirami tanaman, air flushing untuk toilet dan untuk mengoperasikan pendingin menara, seperti kami menggunakan sistem pendingin air untuk mendinginkan gedung.
4)    Pengumpulan Air Hujan
Air hujan dikumpulkan dari area atap dan disimpan di tangki air bawah tanah untuk kebutuhan masa depan sebagai air daur ulang bersama dengan air daur ulang dari limbah sisa penyiraman.


Allianz Tower juga menggunakan Double Glazing untuk kulit luar gedung. Satu kombinasi antara 8mm reflective glass dan 6mm clear glass yang dipasang dengan 12 mm ruang ‘hampa udara’. Kulit luar glazing ini akan mengurangi masuknya panas ke dalam gedung secara drastis dan menghilangkan polusi suara dari luar. Sebagian ruang kantor pun mengggunakan lampu-lampu LED dan T5 fluorescence yang hemat energi.
Allianz Tower merupakan gedung pertama di Jakarta yang menerapkan konsep ESD atau Green Architecture. Banyak yang berharap dengan adanya Allianz Tower banyak bangunan-bangunan yang akan dibangun nanti akan lebih memperhatikan lingkungan seperti halnya dengan Allianz Tower yang menerapkan konsep Green Architecture.













Sumber :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konservasi Arsitektur (Tugas 2)

Kenali RSUD Dr. H. Slamet Martodirdjo

Nafas Indonesia Pada Teater Taman Ismail Marzuki