KONSERVASI ARSITEKTUR PADA RUMAH ABU DI PALEMBANG



Kegiatan konservasi memiliki hubungan dengan arsitektur karena proses konservasi tersebut bertujuan untuk memperpanjang umur dari bangunan arsitektur. Dengan demikian bangunan dapat digunakan baik pada masa sekarang maupun di waktu yang akan datang. Indonesia memiliki keanekaragaman suku dan budaya, dimana mempengaruhi gaya arsitektur suatu bangunan atau suatu kawasan. Pada zaman dahulu beberapa bangunan dipengaruhi oleh pengaruh dari bangsa luar mulai dari Inggris, Belanda, sampai dengan Cina. Ada banyak praktik untuk menjaga dan memelihara warisan arsitektur yang ada di Indonesia, khususnya di Kampung Kapitan, Palembang dengan Rumah Kapitannya.

Sejarah

Gambar terkait

Rumah Abu adalah salah satu bangunan dari Rumah Kapitan yang berada di Jl. KH. Azhari, Dermaga 7 Ulu, Seberang Ulu I, Kota Palembang, Sumatera Selatan. Dinamai Kampung Kapitan karena seorang Kapitan Cina Terakhir bernama Tjoa Ham Hin pernah tinggal di kampung ini. Keturunan Tjo Kie Tjuan ini dipilih oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk menjadi pemimpin di wilayah ini saat itu. Tugasnya mengurus kependudukan, pernikahan, perceraian, serta pajak ia lakukan sejak 1880 hingga 1921.

Keistimewaan ini menyebabkan seorang Kapitan harus tinggal di tempat yang berbeda dengan penduduk lainnya. Rumah Kapitan, aslinya berukuran 22 meter x 25 meter sebelum bagian belakangnya diberi bangunan tambahan sehingga memiliki panjang sekitar 50 meter. Bagian atap yang memakai genting belah buluh (bambu).

Bangunan rumah Kapitan atau rumah Abu, awalnya terdiri atas tiga bangunan yang tergolong unik yakni bangunan utama merupakan rumah tinggal Kapitan Tjoa yang menghadap persis ke Sungai Musi dan Beberapa peninggalan isi dalam ruangan rumah bersejarah itu seperti beberapa meja dan altar yang digunakan untuk beribadah serta beberapa foto Kapitan Tjoa dari keturunan ke-10 yang bisa dilihat oleh para pengunjung yang berwisata ke Kampung Kapitan.

REVITALISASI RUMAH ABU

Rumah Abu terdiri atas tiga bagian. Bagian depan, bagian tengah dan bagian belakang. Bagian depan berupa teras terbuka. Tiang-tiang kokoh berjajar di sisi depan. Dihubungkan dengan susunan batang kayu membentuk pagar. Pintu dan jendelanya berhiaskan ornamen Cina. Bagian atas terasnya dihiasi lentera-lentera Cina. Dinding putihnya sebagian terkelupas. Lantai kayunya sebagian terlepas dari susunannya. Bagian tengah merupakan ruang utama rumah ini. Di dalamnya ada altar kayu berusia lebih dari 300 tahun, lebih tua dari bangunan itu.

Teras depan rumah abu yang patut diperhatikan adalah dinding yang sudah terkelupas. Ada beberapa bagian lantai kayunya yang lepas. Plafon dan kusen masih bagus hanya ada kerusakan sedikit.
Teras depan rumah abu yang patut diperhatikan adalah dinding yang sudah terkelupas. Ada beberapa bagian lantai kayunya yang lepas. Plafon dan kusen masih bagus hanya ada kerusakan sedikit.

Kayu-kayu penyusun atap dan lantainya sudah lapuk. Sebagianya telah runtuh. Cahaya matahari dan air hujanpun dengan mudah masuk. Menjadikan bilik ini seperti “ruang terbuka”. Lantainya terbuat dari tanah liat berbentuk persegi panjang. Di bagian bawahnya terdapat kolong yang berfungsi sebagai gudang. Terlihat juga tiang kayu penyangga berukuran besar.
Di sampingnya terdapat empat ruang. Dua di kiri dan dua di kanan. Akan tetapi tidak lagi menunjukkan keasliannya. Tampaknya pemilik rumah ini melakukan perbahan untuk memenuhi kebutuhan ruang. Terlihat lantai ruang-ruang itu telah rusak. Begitu juga dengan plafon dan atapnya.

Ruang tengah terlihat perlu perbaikan pada plafon yang berlubang. Sisanya hanya perbaikan kecil lantai kayu dan kusen. Kerusakan besar ada di kamar sebelah kanan. Lantai kayu sudah rusak, Begitu juga dengan dinding dan plafon atapnya. Struktur bangunannya perlu segera diperbaiki.
Kondisi Ruang Tengah Sebelah Kanan

Bagian belakang menghubungkannya dengan Rumah Utama Sang Kapitan. Di bawahnya terdapat saluran pembuangan. Terlihat di dalam got yang tidak terlalu dalam itu menggenang air berwarna hitam dan kental. Menebarkan bau yang tidak enak.

 

Ruang belakang sangat perlu perbaikan. Hampir semua bagian rusak. Termasuk plafon, lantai kayunya, dan kusen-kusennya. Lantai dasarnya ditumbuhi rumput liar, tidak terawat dan hancur. Semua bagian perlu perbaikan.
Kondisi Bagian Belakang Rumah


Metode Revitalisasi
Arsitektur Cina
Arsitektur Cina memang lebih mengutamakan pola melebar. Memperlihatkan kesan visual yang luas dan lapang. Semakin luas suatu kompleks suatu bangunan, menunjukan semakin kaya pemiliknya. Karakternya terutama terlihat pada anatomi struktur tiang dan balok kayu. Secara umum ciri khas arsitektur bangunan Cina adalah

Courtyard

Courtyard merupakan ruang terbuka pada rumah Cina. Ruang terbuka ini sifatnya lebih privat.  Biasanya digabung dengan kebun/taman. Rumah-rumah orang-orang Cina Indonesia yang ada di daerah Pecinan jarang mempunyai courtyard. Kalaupun ada ini lebih berfungsi untuk memasukkan cahaya alami siang hari atau untuk ventilasi saja. Courtyard pada arsitektur Cina di Indonesia biasanya diganti dengan teras-teras yang cukup lebar.



Bentuk Atap

Diantara semua bentuk atap, hanya ada beberapa yang paling banyak di pakai di Indonesia. Diantaranya jenis atap pelana dengan ujung yang melengkung keatas yang disebut sebagai model Ngang Shan.

Hasil gambar untuk courtyard arsitektur cina
Model Atap Rumah Cina
Elemen

Ukir-ukiran serta konstruksi kayu sebagai bagian dari struktur bangunan pada arsitektur Cina, dapat dilihat sebagai ciri khas pada bangunan Cina. Detail-detail konstruktif seperti penyangga atap (tou kung), atau pertemuan antara kolom dan balok, bahkan rangka atapnya dibuat sedemikian indah, sehingga tidak perlu ditutupi.
Warna

Warna pada arsitektur Cina mempunyai makna simbolik. Warna tertentu pada umumnya diberikan pada elemen yang spesifik pada bangunan. Meskipun banyak warna-warna yang digunakan pada bangunan, tapi warna merah dan kuning keemasan paling banyak dipakai dalam arsitektur Cina di Indonesia. Warna merah banyak dipakai di dekorasi interior, dan umumnya dipakai untuk warna pilar. Merah menyimbolkan warna api dan darah, yang dihubungkan dengan kemakmuran dan keberuntungan. Merah juga simbol kebajikan, kebenaran dan ketulusan. Warna merah juga dihubungkan dengan arah, yaitu arah Selatan, serta sesuatu yang positif. Itulah sebabnya warna merah sering dipakai dalam arsitektur Cina.



ARSITEKTUR KOLONIAL BELANDA

Kolonialisme Belanda di Palembang dimulai sejak penyerbuan VOC pada tahun 1659, disusul peperangan besar pada tahun 1797 serta berhasil didudukinya keraton kuto besak pada tahun 1823, yang mengakibatkan dihapuskannya kesultanan Palembang Darusalam pada 7 Oktober 1823. Sejak tahun 1770 hingga 1940 pengaruh arsitektur kolonial Belanda mewarnai perkembangan arsitektur di kota Palembang. Arsitektur kolonial Belanda dimasa tersebut adalah arsitektur bergaya modern dengan bahan-bahan bangunan baru seperti besi tuang, besi cor, beton bertulang, kaca dan dan lain-lain sebagai hasil revolusi industri yang mempengaruhi perkembangan arsitektur dimasa itu. Demikian juga di Palembang bentuk hunian pada beberapa tempat diwarnai arsitektur berciri kolonial Belanda ini. Beberapa ciri khas arsitektur kolonial Belanda yaitu :
  • Bentuk Bangunan, memiliki variasi denah berbentuk L, U dan I 
  • Pintu dan jendela umumnya memiliki 2 daun dengan bahan kaca atau kisi-kisi/rangka 
  • Bentuk atap perisai dengan kemiringan 35-60º 
  • Dinding bangunan menggunakan bahan batu bata dikombinasi beton 
  • Kolom menggunakan gaya zaman klasik yaitu ionik, dorik dan variasinya

ARSITEKTUR INDIES

Bentuk arsitektur Indies merupakan hasil kompromi dari arsitektur modern yang berkembang di Belanda pada saat itu dengan iklim basah Indonesia, serta penggunaan elemen tradisional setempat. Merupakan gerakan arsitektur yang menentang “Eropa sentris” melalui sintesa berbagai gagasan yang dimiliki seluruh anggota masyarakat Hindia Belanda.Upaya penyesuaian desain bangunan terhadap iklim setempat merupakan hal yang menonjol terlihat antara lain berupa ventilasi yang diwujudkan dengan banyaknya bukaan yang lebar, bentuk bangunan yang ramping dan galeri disepanjang bangunan. Menggunakan detail ornamen seperti dentils, bracket, modillios, dan puncak atap terdapat lantai datar, pilar ordo klasik, luifel seng dengan konsol besi keriting.


SOLUSI

1) TAMPAK DEPAN
1.Pada tampak depan Rumah Abu harus tetap dipertahankan karena menggunakan langgam dari tiga kebudayaan yaitu Palembang, Cina, dan Belanda. Dari tampak bangunan Rumah Abu ini diketahui bahwa bangunan ini merupakan tengaran pada lingkungan komplek Kampung Kapitan di Palembang. Akan lebih baik lagi lumut pada dinding bata dibersihka, plesteran pada dinding dan kolom diperbaiki, dan balustrade yang sudah hilang dibuat dengan menggunakan material yang baru tetapi dalam bentuk yang sama.


2) STRUKTUR
      Ada baiknya kerusakan pada struktur atap diperbaiki dengan bahan material baru yaitu kayu unglen dan tembesu dan mengikuti bentuk asli dari struktur Rumah Abu.

3) TATA RUANG
Bentuk denah merupakan perpaduan arsitektur rumah limas Palembang dan arsitektur tradisional Cina yang memiliki courtyard di tengah-tengah bangunan. Bentuk denah ini tetap dipertahankan dan tidak diubah-ubah sesuai dengan bentuk asli dari Rumah Abu dari awal pembangunan sampai sekarang.

4) MATERIAL

       Perlu dilakukan upaya pengembalian ke material asli sesuai dengan data yang ada. Pengembalian ini disesuaikan dengan data kondisi lapangan, literatur, analogi bangunan, sumber foto kuno dan data hasil wawancara dengan narasumber. Dilakukan untuk mendapatkan data mengenai jenis material yang digunakan, komposisi dan kekuatannya. Sampel material kayu (atap, struktur atap, plafon, dinding, dan lantai) dan bata merah (dinding, kolom, dan pondasi) melalui pendokumentasian yang akurat terhadap sebagai bangunan yang akan dikonservasi.






5) WARNA
Warna pada Rumah Abu ini harus dipertahankan agar suasana keaslian dari bangunan ini tetap terasa selamanya.




6) ORNAMEN
Ornamen pada pintu, jendela, ventilasi, dan balustrade harus dipertahankan dan dibuat dokumentasi sebagai bukti bahwa keberadaan ornamen benar ada apabila nantinya tiba-tiba hilang. Sedangkan ornamen arsitektur tradisonal Cina pada balok penyangga talang air ini harus tetap dipertahankan, dan ada baiknya jika talang air diperbaiki agar beban pada struktur penyangga tidak terlalu berat yang dapat mengakibatkan struktur menjadi patah.



7) SUASANA
Suasana depan Rumah Abu dulu merupaka suasana perkampungan yang terdapat sebuah halaman luas untuk anak – anak bermain namun tidak terawat. Kini halaman luas tersebut didesain dengan pola – pola taman agar menarik pengunjung dan memberikan keindahan  pada Rumah Abu itu sendiri.


PENAMPAKAN RUMAH ABU KINI










DAFTAR PUSTAKA

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditpcbm/rumah-abu-milik-sang-kapitan-itu-tidak-lagi-berdebu/
https://finifio.wordpress.com/category/konservasi-arsitektur/
https://srivijaya.id/2018/03/06/mengulik-secuil-sejarah-dari-rumah-di-kampung-kapitan
journal.unpar.ac.id/index.php/unpargraduate/article

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konservasi Arsitektur (Tugas 2)

Kenali RSUD Dr. H. Slamet Martodirdjo

Nafas Indonesia Pada Teater Taman Ismail Marzuki