BAB I PENDAHULUAN - KRITIK ARSITEKTUR
BAB I
PENDAHULUAN
Kritik adalah
masalah penganalisaan dan pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk
meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki
pekerjaan. Secara etimologis berasal dari bahasa Yunani κριτικός, kritikós – “yang membedakan”, kata ini
sendiri diturunkan dari bahasa Yunani Kuna κριτής, krités,
artinya “orang yang memberikan pendapat beralasan” atau “analisis”,
“pertimbangan nilai”, “interpretasi”, atau “pengamatan”. Istilah ini biasa
dipergunakan untuk menggambarkan seorang pengikut posisi yang berselisih dengan
atau menentang objek kritikan.
Kritik arsitektur merupakan tanggapan dari hasil sebuah pengamatan
terhadap suatu karya arsitektur. Disitu orang merekam dengan berbagai indra
kelimanya kemudian mengamati,memahami dengan penuh kesadaran dan menyimpannya
dalam memori dan untuk ditindaklanjuti dengan ucapan dalam bentuk
pernyataan,ungkapan dan penggambaran dari benda yang diamatinya. Di dalam
arsitektur terdapat 6 macam kritik arsitektur yaitu sebagai berikut :
A. Kritik
Deskriptif
Deskriptif mencatat fakta-fakta
pengalaman seseorang terhadap bangunan atau kota. Dimana pendekatan deskriptif
ini lebih bertujuan pada kenyataan bahwa jka kita tahu apa yang sesungguhnya
suatu kejadian dan proses kejadiannya maka kita dapat lebih memahami makna
bangunan. Metode deskriptif ini tidak dipandang sebagai bentuk to judge atau to
interprete. Tetapi sekedar metode untuk melihat bangunan sebagaimana apa adanya
dan apa yang terjadi di dalamnya. Metode kritik deskriptif memiliki 3 jenis,
antara lain:
1)
Depictive
Criticism (Gambaran Bangunan)
2)
Dynamic (secara Verbal)
3)
Process (secara Prosedural)
4)
Biographical
Criticism (Riwayat Hidup)
5)
Contextual
Criticism ( Persitiwa)
B.
Kritik Normatif
Kritik normatif merupakan
mengkritisi sesuatu baik abstrak maupun konkrit sesuai dengan norma,
aturan, ketentuan yang ada. Hakikat kritik normatif adalah adanya
keyakinan (conviction) bahwa di lingkungan dunia manapun,
bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola,
standard atau sandaran sebagai sebuah prinsip.
Melalui suatu prinsip, keberhasilan
kualitas lingkungan buatan dapat dinilai. Suatu norma tidak saja berupa
standard fisik yang dapat dikuantifikasi tetapi juga non fisik yang
kualitatif. Norma juga berupa sesuatu yang tidak konkrit dan bersifat umum
dan hampir tidak ada kaitannya dengan bangunan sebagai sebuah benda konstruksi.
Kritik normatif perlu dibedakan dalam 4 metode, antara lain:
1)
Metode Doktrin
Satu norma yang bersifat general, pernyataan prinsip tak
terukur.
2)
Metode Sistemik
Suatu norma penyusunan elemen-elemen yang saling berkaitan
untuk satu tujuan
3)
Metode Tipikal
Suatu norma yang didasarkan pada model yang digeneralisasi
untuk satu kategori bangunan spesifik
4)
Metode Terukur
Sekumpulan dugaan yang mampu mendefinisikan bangunan dengan
baik secara kuantitatif
C.
KRITIK TIPICAL
Kritik tipikal (Typical
Criticism) merupakan sebuah metode kritik yang termasuk pada Kritik
Normatif (Normative Criticism). Kritik tipikal yaitu metode
kritik dengan membandingkan obyek yang dianalisis dengan bangunan sejenis
lainnya, dalam hal ini bangunan publik. Adapun elemen dalam kritik
tipical, antara lain:
1)
Structural (Struktur)
Tipe
ini didasarkan atas penilaian terhadap lingkungan berkait dengan penggunaan
material dan pola yang sama:
· Jenis bahan
· Sistem struktur
· Sistem Utilitas dan sebagainya.
2)
Function (Fungsi)
Hal
ini didasarkan pada pembandingan lingkungan yang didesain untuk aktifitas yang
sama. Misalnya sekolah akan dievaluasi dengan keberadaan sekolah lain yang
sama:
· Kebutuhan pada ruang kelas
· Kebutuhan auditorium
· Kebutuhan ruang terbuka dsb.
3)
Form ( Bentuk )
Diasumsikan
bahwa ada tipe bentuk-bentuk yang eksestensial dan memungkinkan untuk dapat
dianggap memadai bagi fungsi yang sama pada bangunan lain. Penilaian
secara kritis dapat difocuskan pada cara bagaimana bentuk itu dimodifikasi dan
dikembangkan variasinya, Sebagai contoh bagaimana Pantheon telah memberi
inspirasi bagi bentuk-bentuk bangunan yang monumental pada masa berikutnya. Keuntungan
Kritik Typical adalah sebagai berikut :
· Desain dapat lebih efisien dan dapat menggantungkan pada
tipe tertentu.
· Tidak perlu mencari lagi panduan setiap mendesain
· Tidak perlu menentukan pilihan-pilihan visi baru lagi.
· Dapat mengidentifikasi secara spesifik setiap kasus yang
sama
· Tidak memerlukan upaya yang membutuhkan konteks lain
Sementara itu kerugian kritik typical
adalah sebagai berikut :
· Desain hanya didasarkan pada solusi yang minimal
· Sangat bergantung pada tipe yang sangat standard
· Memiliki ketergantungan yang kuat pada satu type
· Tidak memeiliki pemikiran yang segar
· Sekadar memproduksi ulang satu pemecahan
D.
Kritik Impresionis
Metode ini cenderung selalu berubah
mengikuti perkembangan jaman dimana kritik-kritik yang ada umumnya cenderung
mengambil suatu hal positif dari satu bangunan dan menerapkannya pada bangunan
lain sebagai salah satu cara bereksplorasi. Kritik impresionistik dapat
berbentuk:
1)
Caligramme : Paduan kata membentuk silhouette
2)
Verbal
Discourse : Narasi verbal puisi atau
prosa
3)
Painting : Lukisan
4)
Photo
Image : Imagi foto
5)
Modification
of Building : Modifikasi bangunan
6)
Cartoon : Fokus pada bagian bangunan sebagai lelucon
Keuntungan Kritik Impresionis
· Membuat imajinasi tentang bangunan menjadi lebih bermakna
· Merangsang orang untuk melihat lebih dalam ke arah makna dan
arti bangunan
· Membuat orang untuk melihat karya seni lebih teliti
· Mampu meyederhanakan suatu analisis objek yang tadinya
terasa kompleks
· Membuat lingkungan lebih mudah dikenali
Kerugian Kritik Impreionis
· Kritik seolah tidak berkait dengan arsitektur
· Interpretasi menjadi lebih luas dan masuk dalam wilayah
bidang ilmu lain
· Pesan perbaikan dalam arsitektur tidak tampak secara
langsung
· Menghasikan satu interpretasi yang bias tentang hakikat
arsitektur.
E.
Kritik Interpretif
Kritik interpretif (Interpretive
Criticism) yang berarti adalah sebuah kritik yang menafsirkan namun
tidak menilai secara judgemental. Kritikus pada jenis ini
dipandang sebagai pengamat yang profesional. Bentuk kritik cenderung subyektif
dan bersifat mempengaruhi pandangan orang lain agar sejalan dengan pandangan
kritikus tersebut. Dalam penyajiannya menampilkan sesuatu yang baru atau
memandang sesuatu bangunan dari sudut pandang lain. Terdapat 3 jenis kritik
interpretatif, yaitu:
1. Kritik Evokatif (Evocative) –
Kritik yang Membangkitkan Rasa
Menggugah pemahaman intelektual atas makna yang dikandung
pada suatu bangunan. Sehingga kritik ini tidak mengungkap suatu objek itu benar
atau salah melainkan pengungkapan pengalaman perasaan akan ruang. Metode ini
bisa disampaikan dalam bentuk naratif (tulisan) dan fotografis (gambar).
2. Kritik Advokatif (Advocatory) –
Kritik yang Membela, Memposisikan Diri sebagai Arsitek Objek Kritik
Kritik dalam bentuk penghakiman dan mencoba mengarahkan pada
suatu topik yang dipandang perlu. Namun bertentangan dalam hal itu kritikus
juga membantu melihat manfaat yang telah dihasilkan oleh arsitek sehingga dapat
membalikkan dari objek bangunan yang sangat menjemukan menjadi bangunan yang
mempersona.
3. Kritik Impresionis (Imppressionis
Criticism) – Kritik Dipakai sebagai Alat untuk Melahirkan Karya Seni
Baru
Kritik ini menggunakan karya seni atau bangunan sebagai
dasar bagi pembentukan karya seninya.
Kritik impresionis dapat berbentuk:
1.
Caligramme : Paduan kata membentuk silhouette
2.
Verbal
Discourse : Narasi verbal puisi atau
prosa
3.
Painting : Lukisan
4.
Photo
Image : Imagi foto
5.
Modification
of Building : Modifikasi bangunan
6.
Cartoon : Fokus pada bagian bangunan sebagai lelucon
F.
Kritik Terukur
Kritik terukur menyatakan satu
penggunaan bilangan atau angka hasil berbagai macam observasi sebagai cara
menganalisa bangunan melalui hukum-hukum matematika tertentu. Norma yang
terukur digunakan untuk memberi arah yang lebih kuantitatif. Hal ini merupakan
satu bentuk analogi dari ilmu pengetahuan alam yang diformulasikan untuk tujuan
kendali rancangan arsitektural.
1)
Pengolahan melalui statistik atau
teknik lain secara matematis dapat mengungkapkan informasi baru tentang objek
yang terukur dan wawasan tertentu dalam studi arsitektur.
2)
Perbedaan dari kritik normatif yang
lain adalah terletak pada metode yang digunakan yang berupa standardisasi
desain yang sangat kuantitatif dan terukur secara amtematis.
3)
Bilangan atau standard pengukuran
secara khusus memberi norma bagaimana bangunan diperkirakan pelaksanaannya.
4)
Standardisasi pengukuran dalam
desain bangunan dapat berupa:
· Ukuran batas minimum atau maksimum
· Ukuran batas rata-rata (avarage)
· Kondisi-kondisi yang dikehendaki
Komentar
Posting Komentar